Minyak atsiri
atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatile oils
adalah salah satu komoditi yang memiliki potensi besar di Indonesia. Minyak
atsiri adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari
daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 70 jenis
minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40
jenis di antaranya dapat diproduksi di Indonesia (Lutony, Rahmayati, 2000).
Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru
sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diusahakan di Indonesia.
Peluang pasar
komoditi minyak atsiri ini masih terbuka luas baik di dalam maupun luar negeri.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa hanya sebagian kecil jenis
minyak atsiri yang telah diproduksi di Indonesia. Permintaan minyak atsiri ini
pun diperkirakan terus meningkat dengan bertambahnya populasi penduduk dunia.
Kegunaan minyak
atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil hasil
sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku minyak wangi,
komestik dan obat-obatan. Minyak atsiri juga digunakan sebagai kandungan dalam
bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri komestik dan
minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta
gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri
sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya
sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri
sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain
seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan pengawet dan
bahan insektisida.
Komoditi minyak
atsiri banyak dikembangkan oleh negara-negara, seperti Amerika Serikat,
Perancis, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss, Belanda, Hongkong, Irlandia dan
Kanada. Berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh Essential Oil Association of
India dalam publikasinya yang berjudul Vasion 2005 India Essential Oil
Industry, peringkat pertama produsen minyak atsiri dunia adalah Brasil disusul
oleh Amerika Serikat dan India.
Industri
pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah muncul sejak jaman penjajahan
(Lutony, Rahmayati, 2000). Namun jika dilihat dari kualitas dan kuantitasnya
tidak mengalami banyak perubahan. Ini disebabkan karena sebagian besar
pengolahan minyak atsiri masih menggunakan teknologi sederhana/tradisional dan
umumnya memiliki kapasitas produksi yang terbatas.
Industri ini biasanya
terletak di daerah pedesaan. Ada beberapa daerah di Indonesia yang menjadi
sentra industri minyak atsiri , misalnya Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Dari beberapa jenis minyak atsiri yang dapat
diproduksi di Indonesia, sebagian besar diekspor ke berbagai negara seperti
ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1.
Ekspor Minyak Atsiri dengan Nilai Ekspor > 1 juta US$
Ekspor Minyak Atsiri dengan Nilai Ekspor > 1 juta US$
No.
|
Negara Tujuan
|
Nilai (Juta US$)
|
||
1999
|
2000
|
2001
|
||
1
|
Amerika Serikat
|
11,3
|
12,6
|
18,3
|
2
|
Singapura
|
17,5
|
10,5
|
14,2
|
3
|
Swiss
|
-
|
1
|
3,1
|
4
|
Perancis
|
3,7
|
3,5
|
3,5
|
5
|
Inggris
|
-
|
3,1
|
3,9
|
6
|
Spanyol
|
2,8
|
1,2
|
1
|
7
|
Jerman
|
-
|
1,1
|
1,3
|
8
|
Belanda
|
1,1
|
-
|
-
|
9
|
India
|
1
|
1,4
|
1,5
|
10
|
Jepang
|
,
|
-
|
1
|
11
|
Lain-lain
|
9,1
|
3,8
|
6
|
Total
|
46,5
|
38,2
|
53,8
|
Sumber: BPEN, 2002
Salah satu sentra
minyak atsiri di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Kabupaten Kulon
Progo, tepatnya di Kecamatan Samigaluh. Di kecamatan tersebut terdapat kelompok
usaha minyak atsiri yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) pengusaha kecil.
Sebagian besar minyak atsiri yang dihasilkan adalah minyak daun cengkeh.
Tanaman cengkeh (Eugenia caryophillata) dapat digunakan untuk menghasilkan
minyak cengkeh (clove oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), dan minyak
daun cengkeh (clove leaf oil).
Minyak cengkeh
merupakan hasil penyulingan serbuk bunga cengkeh kering. Minyak atsiri jenis
ini memiliki pasaran yang luas di industri farmasi, penyedap masakan dan
wewangian. Kandungan minyak cengkeh adalah eugenol (90%), eugenil acetate,
methyl n-hepthyl alcohol, benzyl alcohol, methyl salicylate, methyl n-amyl
carbinol, dan terpene caryo-phyllene. Minyak tangkai cengkeh adalah minyak
atsiri hasil penyulingan tangkai kuntum cengkeh. Jenis ini jarang ditemukan di
Kecamatan Samigaluh. Jenis minyak cengkeh yang terakhir, minyak daun cengkeh
(clove leaf oil) adalah minyak atsiri hasil sulingan daun cengkeh kering
(umumnya yang sudah gugur) dan banyak ditemukan di lokasi survai di Kecamatan
Samigaluh. Minyak daun cengkeh mulai dikembangkan pada tahun 1960 yang
digunakan untuk bahan baku obat, pewangi sabun dan deterjen. Minyak daun
cengkeh juga digunakan di industri wewangian dengan ketetapan standar mutu
tertentu yang lebih ketat.
Tabel1.2.
Standar mutu minyak daun cengkeh menurut SNI 1991
Standar mutu minyak daun cengkeh menurut SNI 1991
Minyak Daun Cengkeh
|
Karakteristik
|
Berat Jenis pada 15oC
|
1,03 – 1,06
|
Putaran Optik (ad)�����
|
- 1o 35
|
Indeks Refraksi pd 20oC (nd20)
|
1,52 – 1,54
|
Kadar eugenol (%)��������
|
78 – 93 %
|
Minyak pelikan
|
Negatif
|
Minyak lemak
|
Negatif
|
Kelarutan dalam Alkohol 70% �
|
Larut dalam dua volume
|
Minyak daun
cengkeh berupa cairan berwarna kuning pucat sesaat setelah disuling dan mudah
berubah warna menjadi coklat atau ungu bila terkena logam besi sehingga minyak
ini lebih baik dikemas dalam botol kaca, drum aluminium atau drum timah putih.
Alasan pemilihan
jenis minyak daun cengkeh di wilayah Kecamatan Samigaluh adalah kemudahan
operasi pengolahan dan modal yang rendah. Berdasarkan in-depth interview yang
dilakukan dengan pengusaha setempat, daun cengkeh menghasilkan minyak atsiri
yang tidak terlalu keras dibandingkan tangkai bunga cengkeh sehingga ketel yang
digunakan tidak cepat rusak dan dapat menggunakan hanya satu ketel saja (bahan
baku dan air dalam satu ketel) sehingga harganya lebih murah. Berbeda dengan
minyak nilam yang memerlukan dua ketel terpisah, yang berisi air dan daun nilam
dalam ketel terpisah, untuk menghasilkan minyak nilam dengan kualitas yang
diinginkan. Saat ini, kualitas untuk minyak daun cengkeh tidak telalu ketat
diberlakukan oleh pengusaha pengumpul yang membeli hasil penyulingan. Ini
menyebabkan proses produksi minyak daun cengkeh tidak terlalu sulit.
Perhatian
pemerintah daerah terhadap industri minyak daun cengkeh cukup baik. Pemerintah
melalui Departemen Pertanian telah memberikan pelatihan-pelatihan mengenai
pengembangan usaha minyak atsiri termasuk minyak daun cengkeh untuk
meningkatkan daya saing minyak atsiri melalui peningkatan mutu, harga yang
kompetitif dan keberlanjutan suplai melalui pembinaan yang terintegrasi oleh
instansi terkait.
Saat ini sedang
dipertimbangkan pembangunan industri pengolahan yang menggunakan bahan baku
minyak atsiri di lingkup regional Kabupaten Kulon Progo agar masyarakat dan
pemerintah dapat menikmati nilai tambah yang lebih besar dari pengolahan minyak
atsiri. Jika minyak atsiri dapat diolah di wilayah lokal, para pengusaha minyak
atsiri tidak perlu menjual produknya ke luar daerah.
Selain bantuan
teknis, Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo juga telah memberikan pinjaman
berupa penguatan modal melalui PT. Bank Pembangunan Daerah Yogyakarta
(selanjutnya disebut BPD) sebagai bentuk perhatian pemerintah daerah terhadap
potensi usaha minyak atsiri di wilayahnya. Pembuatan peta pewilayahan untuk
usaha pengolahan minyak atsiri juga bermanfaat untuk memberikan informasi
keberadaan usaha minyak atsiri yang umumnya terdapat di pedesaan dan berskala
kecil. Pemerintah juga berusaha untuk menyediakan data dan informasi mutakhir
yang akurat mengenai produksi, kebutuhan pasar, kecenderungan pasar dan
informasi harga minyak atsiri.
Industri minyak
daun cengkeh ini tidak saja memproduksi minyak daun cengkeh sebagai komoditas
ekspor yang menghasilkan devisa, tetapi juga menyerap tenaga kerja yang cukup
banyak. Setiap unit usaha dapat menyerap tenaga kerja rata-rata 6 orang di unit
penyulingannya dan seratus orang lebih sebagai tenaga pencari (pengumpul) daun
cengkeh. Pekerjaan memungut/mengumpulkan daun cengkeh ini pada umumnya
merupakan pekerjaan sambilan dan hasilnya dapat dijual dengan harga berkisar Rp
200-Rp 350/kg. Tingkat harga sangat tergantung pada musim. Pada saat banyak
daun cengkeh kering yang gugur, harga akan turun dan sebaliknya.
Walaupun pada
pengolahan minyak daun cengkeh sendiri penyerapan tenaga kerja relatif sedikit,
namun setidaknya dapat memberikan kesempatan kerja bagi para pemuda yang
sebelumnya tidak produktif. Di wilayah Kulon Progo, para pekerja usaha minyak
daun cengkeh ini dibayar secara borongan (pekerja tidak tetap) dengan sistem
bergilir (shift). Setidaknya dibutuhkan 3 orang pekerja untuk satu kali suling
dengan satu ketel.
Usaha minyak daun
cengkeh tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Sisa daun yang telah disuling
dapat dikeringkan dan digunakan sebagai bahan bakar dan abunya dapat digunakan
sebagai pupuk. Sisa air limbah yang sudah dipisahkan secara sempurna dengan
minyak daun cengkeh tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Sampai saat ini,
polusi udara berupa asap yang ditimbulkan pada saat proses penyulingan sama
sekali tidak dikeluhkan oleh warga sekitar lokasi penyulingan.
Usaha penyulingan
minyak daun cengkeh menggunakan modal yang sebagian dapat diperoleh dari bank
berupa pinjaman modal, baik modal investasi maupun modal kerja. Untuk PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (selanjutnya disebut Bank BRI) di tingkat
Kantor Unit, modal yang dapat diberikan adalah 25 juta rupiah ke bawah
sedangkan keputusan pemberian kredit di atas 25 juta rupiah ditentukan oleh kantor
cabang. Plafon dana yang berasal dari dana nasabah sendiri untuk modal
investasi + 30% sedangkan untuk modal kerja + 50%.Tingkat bunga yang
diberlakukan adalah tingkat bunga flat sebesar 18% per tahun.
Selain minyak nilam
(Patchouli oil) yang menjadi primadona ternyata ada juga minyak atsiri lainnya
yang banyak dibutuhkan negara luar yaitu minyak cengkeh (clove oil). Tanaman
cengkeh (Eugenia caryophillata) dapat digunakan untuk menghasilkan minyak
cengkeh (clove oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), dan minyak daun
cengkeh (clove leaf oil).
Usaha penyulingan
minyak daun cengkeh ini cocok bagi usaha kecil menengah dikarenakan harga bahan
baku yang relatif murah dan prosesnya yang mudah.
B.
Clove Leaf Oil
Minyak daun cengkeh (clove leaf oil) adalah minyak atsiri hasil sulingan
daun cengkeh kering (umumnya yang sudah gugur).
Minyak atsiri
jenis ini memiliki pasaran yang luas di industri farmasi, penyedap masakan dan
wewangian. Kandungan minyak cengkeh adalah eugenol (90%), eugenil acetate,
methyl n-hepthyl alcohol, benzyl alcohol, methyl salicylate, methyl n-amyl
carbinol, dan terpene caryo-phyllene. Minyak daun cengkeh mulai dikembangkan
pada tahun 1960 yang digunakan untuk bahan baku obat, pewangi sabun dan
deterjen. Minyak daun cengkeh juga
digunakan di industri wewangian dengan ketetapan standar mutu tertentu yang
lebih ketat.
Minyak daun
cengkeh banyak digunakan dalam industri farmasi, parfum, kosmetik dan industri
flavor makanan dan minuman. Peluang usaha minyak daun cengkeh di Indonesia
cukup besar, terutama di daerah-daerah sentra produksi cengkeh. Laporan
penelitian dari Balittro (2005) mengungkapkan, Pulau Jawa memiliki pertanaman
cengkeh dengan luas areal mencapai ± 50.000 ha, diperkirakan memiliki potensi
daun cengkeh gugur ± 305 ton per hari atau setara dengan 4,4 ton minyak daun
cengkeh per hari.
Perhitungan ini
didasarkan pada berat daun jatuh setiap pohon 0,5 kg per minggu, umur tanaman
lebih dari 10 tahun, dengan rendemen minyak daun cengkeh 2% s/d 2,8%, populasi
tanaman 100 pohon per hektar (polikultur) dan rata-rata penutupan kanopi 60%,
akan menjadi peluang usaha yang menguntungkan.
C.
PRODUKSI MINYAK
DAUN CENGKEH
Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh adalah daun
cengkeh kering yang sudah gugur. Ini menyebabkan usaha minyak daun cengkeh
bersifat musiman karena sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku. Pada
musim kemarau ketersediaan bahan baku melimpah dan sebaliknya pada musim
penghujan terjadi kekurangan suplai bahan baku. Beberapa pengusaha pengolahan
minyak daun cengkeh mengantisipasinya dengan menyimpan sebagian hasil
produksinya untuk dijual pada saat mereka tidak dapat melakukan proses produksi
dengan harga yang lebih baik. Pada umumnya, proses produksi dapat dilakukan 5-6
bulan dalam satu tahun.
Ada beberapa alat dan peralatan produksi yang diperlukan dalam proses
pengolahan minyak daun cengkeh. Fasilitas
produksi yang utama adalah ketel dari platbesi (plateser), tungku dan
kondensor. Kondensor berupa kolam yang di dalamnya terendam pipa dengan bentuk
spiral atau pipa baja biasa yang dibentuk melingkar. Kolam terdiri dari dua
buah kolam dengan posisi yang berdekatan agar pipa yang digunakan tidak terlalu
panjang. Peralatan lain yang diperlukan berupa 4 drum plastik berukuran 200
liter untuk menampung minyak daun cengkeh, garu, sendok, 5 jerigen, corong
minyak, dan kain penyaring (Umumnya sama seperti penyulingan minyak nilam).
Proses penyulingan dilakukan dengan memanaskan bahan baku dan air yang
dimasukkan dalam ketel yang kemudian dipanaskan. Proses pemanasan dapat
menggunakan bahan bakar berupa limbah daun yang disuling sebelumnya. Uap air
dan uap minyak daun cengkeh akan mengalir melalui pipa masuk ke dalam
kondensor. Kondensor tersebut dapat berupa kolam. Semakin lama uap minyak daun
cengkeh dan uap air berada dalam kolam pendingin, semakin baik proses
kondensasi yang terjadi. Biasanya para penyuling di pedesaan menggunakan 2
kolam pendingin untuk proses kondensasi ini. Air kolam harus terus dijaga agar
tetap berada pada suhu yang dingin. Kondensasi mengubah uap air dan uap minyak
daun cengkeh menjadi bentuk cair berupa minyak daun cengkeh dan air yang
ditampung dalam drum.
Metode penyulingan dengan menggunakan uap air memiliki kelebihan
tersendiri. Penyulingan dengan air dan uap ini relatif murah atau ekonomis.
Biaya yang diperlukan relatif rendah dengan rendemen minyak daun cengkeh yang
memadai dan masih memenuhi standar mutu yang diinginkan konsumen. Kelemahan
utamanya adalah kecepatan penyulingan yang rendah.
Hasil penyulingan 1,3 ton daun cengkeh kira-kira akan menghasilkan 35 kg
minyak daun cengkeh. Jika dalam sehari dapat dilakukan 2 kali penyulingan, maka
satu ketel dapat menghasilkan 70 kg minyak daun cengkeh per hari.
Minyak daun cengkeh dapat dibedakan berdasarkan mutunya. Mutu minyak daun
cengkeh dipengaruhi setidaknya oleh 3 hal. Pertama, pemilihan bahan baku. Daun
cengkeh yang kering, bersih dan tidak tercampur bahan-bahan lain akan
menghasilkan minyak sesuai dengan yang diinginkan. Kedua, proses produksi. Mutu
minyak daun cengkeh dipengaruhi oleh kondisi peralatan yang digunakan dan waktu
proses penyulingan. Ketel dengan bahan anti karat akan menghasilkan minyak daun
cengkeh yang lebih baik dibandingkan penyulingan dengan menggunakan ketel yang
terbuat dari besi plat biasa, apalagi dengan menggunakan drum-drum kaleng
biasa. Waktu penyulingan yang lebih singkat juga mempengaruhi kualitas minyak
daun cengkeh yang dihasilkan. Ketiga, penanganan hasil produksi. Minyak daun
cengkeh yang seharusnya ditampung dan disimpan dalam kemasan dari bahan gelas,
plastik atau bahan anti karat lainnya akan menurun kualitasnya jika hanya
disimpan dalam kemasan dari logam berkarat. Minyak daun cengkeh mudah
beroksidasi dengan bahan logam.
Produksi minyak daun cengkeh yang optimum tergantung pada kapasitas ketel yang
digunakan. Ketel dengan kapasitas 1,3 ton daun cengkeh dapat menghasilkan
kurang lebih 35 kg minyak daun cengkeh. Dengan menggunakan dua ketel dan dua
kali proses suling per ketel maka dalam sehari dapat dihasilkan minyak daun
cengkeh sebanyak 1,4 kwintal.
Kendala produksi utama yang dihadapi oleh pengusaha minyak daun cengkeh ini
terutama terkait dengan pengadaan bahan baku yang bersifat musiman.
Ketersediaan bahan baku daun cengkeh sangat tergantung pada musim. Pada musim
penghujan, pasokan bahan baku bisa dikatakan tidak ada sehingga para pengusaha
tidak berproduksi. Hambatan yang kedua adalah kapasitas produksi yang masih
sangat terbatas. Seringkali pengusaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh di
pedesaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen dalam jumlah besar pada waktu
tertentu.
D.
PELUANG PASAR
Permintaan akan minyak daun cengkeh sangatlah besar dan sering terjadi
kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi industri
kecil minyak daun cengkeh yang terbatas.
E. Manfaat
Manfaat dari cengkeh yaitu :
Manfaat dari cengkeh yaitu :
1. Kolera dan menambah Denyut Jantung
Bahan: Bunga cengkeh yang sudah kering Cara menggunakan: dikunyah disesap airnya,
dilakukan setiap hari. Minyak cengkeh dapat memperkuat lendir
usus dan lambung serta menambah jumlah darah putih.
2. Campak
Bahan: 10 Biji bunga cengkeh dan gula batu Cara membuat: bunga cengkeh direndam air masak
semalam kemudian ditambah dengan gula batu dan diaduk
sampai merata.
Cara menggunaka : diminum sedikit demi sedikit.
3. Menghitamkan alis mataBahan:
5-7
biji bunga cengkeh kering dan minyak kemiri.
Cara membuat: bunga cengkeh dibakar sampai
hangus, kemudian ditumbuk sampai halus dan ditambah
dengan minyak kemiri secukupnya.
Cara menggunakan: dioleskan pada alis mata
setiap sore hari.
F.
Proses Pembuatan Minyak Atsiri Cengkeh
1.
Persiapan Ketel Suling
Sebelum ketel
digunakan, sisa air bekas penyulingan sebelumnya harusdibuang, karena air
tersebut mengandung garam dan komponen hasildegradasi yang dapat mencemari mutu
minyak yang dihasilkan.
2.
Pengisian Daun ke
dalam Ketel Suling
Daun kering tidak
perlu dirajang, dapat langsung dimasukkan ke dalamketel suling Pengisian
dilakukan secara bertahap dan diinjak-injak/ditekanuntuk meningkatkan kepadatan
daun dalam ketel Kepadatan optimum dauncengkeh
kering didalam ketel sekitar 70-80 gram/liter.
3.
Proses Penyulingan
Lama
penyulingan daun cengkeh basah sekitar 7-8 jam, dan penyulingandaun kering
sekitar 6-7 jam. Penggunaan tekanan
bertahap mulai dari 1 bar sampai 2 bar, dapat mempersingkat lama
penyulingan menjadi 4-5 jam. Rendemen minyak
daun cengkeh yang dihasilkan sekitar 2,0-2,5%
4.
Pendinginan
(Kondensasi) Uap
Pendinginan dilakukan
dengan unit pendingin (kondensor) berupa pipa pendingin
model multi tubular atau spiral yang dipasang dalam tabung ataudirendam
dalam bak air pendingin. Aliran air pendingin dibuat berlawananarah (counter
flow) dengan arah aliran uap di dalam pipa. Tujuannya adalahagar distilat pada
saat akan keluar dari pipa pendingin, telah terkondensasisempurna.
5.
Pemisahan minyak dari
air destilat
Suhu destilat yang
mengalir keluar tabung kondensor diusahakansama/mendekati suhu air pendingin
yang masuk (maks 30 oC).Pemisahanminyak dilakukan pada prinsipnya berdasarkan
perbedaan BJ (Berat Jenis)antara air dengan minyak. Jika BJ minyak <1, maka minyak akan berada diatas permukaan
air, sementara untuk BJ>1minyak akan mengendap di bagian bawah unit
pemisah minyak, dan air berada dia atasnya.
6.
Penyaringan
Minyak
Minyak
yang dihasilkan masih terlihat keruh karena masih mengandungsejumlah kecil air dan kotoran yang terdispersi dalam minyak. Air
tersebut perlu dipisahkan dengan menyaring minyak menggunakan kain
teflon/sablonatau dapat dilakukan dengan menambahkan Natrium Sulfat
Anhidrida(Na2SO4) sebagai pengikat air sebanyak 1 %, selanjutnya diaduk
dan disaring.
7.
Pemucatan Minyak
Cengkeh
Jika minyak yang
dihasilkan masih berwarna kuning coklat/coklat gelap, biasanya mengandung
logam besi yang berasal dari ketel suling dan alat penampung minyak yang
terbuat dari besi. Jika diinginkan minyak
cengkeh berwarna kuning pucat, dan bebas dari logam besi, dapat
dilakukan dengan 2cara pemucatan yaitu :1)
Redestilasi minyak daun cengkeh pada kondisivakum; 2) pemucatan dengan
penambahan chelating agent (bahan
pengkelat)seperti asam sitrat dan asam tartarat.
1 komentar:
Terima kasih infonya gan.
Lumayan buat nambah wawasan.
Gema Parfum
Cara Menggunakan Parfum yang Baik dan Benar
----------
Posting Komentar